Minggu, 22 Juli 2012

Sibasoburning, Isterinya Guru Tatea Bulan


Pusuk BuhitSetelah Toga Datu (Guru Tatea Bulan) sampai di Sianjurmulamula beliau pun memperkuat parit (perbatasan kampungnya), mendirikan rumah tempat perteduhannya, mengerjakan kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan seperti ubi jalar, talas, pisang, tebu, dll.
Dia juga memelihara tanaman khusus seperti rugi2, bane2, bonang2, sae2 dan juga berbagai macam tanaman yang bisa dipakai obat, pagar, dorma (jimat) sitogu harihir, dll. Setiap hari dia nmengurus kebunnya dia pun mendirikan sopo (rumah kecil tempat berteduh).
Ada juga Suku Asing yang bermukim di hutan sekitar Sianjurmulamula yang sudah terlebih dahulu bermukim di situ sebelum kedatangan si Raja Batak, tetapi mereka tinggal agak ke dalam di hutan belantara. Mereka tinggal berkelopok begitupun kalau mereka jalan2 laki, perempuan dan anak-anak selalu berkelompok sambil memegang giringan, yang dibuat dari bambu utk mencari makanannya berupa pucuk kayu atau akar muda danempuk, daun-daun muda, kembangnya atau buahnya juga. Mereka juga berburu binatang, burung atau ikan dari Tao Toba. Mereka tidak bisa didekati orang karena mereka dengan cepat akan. Berlari kembali ke tengah hutan. Tetapi kalau terpojok mereka akan melawan. Jadi tidak ada pergaulan sama sekali antara si Raja Batak dengan suku asing tersebut.
Pada suatu ketika ada seorang anak gadis keturunan Suku Asing yang ada di sekitar kebun Toga Datu yang datang mendekat ke kebun itu. Dia memperhatikan kebun itu karena banyaknya makanan dan wangi-wangian, ketika dia menyelusuri kebun itu, dia pun melihat Toga Datu yang sedang berteduh di tempat perteduhannya (undung2na).
Toga Datu pura2 tidak lihat tetapi dia memasang aji2an sitoguharihir sehingga boru “Sibasoburning” tidak merasa takut bahkan makin mendekat ke tempat perteduhan Toga Datu. Setelah beberapa kali seperti itu, Toga Datu membawa gadis itu ke rumahnya. Dia mengajarinya bahasa dan adatnya tetapi dia tidak menahannya di rumahnya tetapi membiarkannya kembali kepada orangtuanya. Setelah beberapa lama mereka pun semakin jatuh cinta. Sibasoburningpun meminta kepada Toga Datu untuk berjanji tidak meninggalkannya atau mengatakan seolaholah dia berasal dari bambu pecah (mapultak sian bulu), karena dia akan makin jauh dari orangtuanya apabila dia menjadi isteri Toga Datu. Toga Datu pun setuju berjanji, dia membawa “Sibasoburning” ke rumahnya dan merekapun menjadi suami isteri.
Tidak lama kemudian perempuan itupun hamil, hal itu diberitahukannya kepada Toga Datu sehingga Toga Datu menanyakan asal usul perempuan itu. Dia pun memberitahukan bahwa Bapaknya adalah Sabasoburning sehingga Toga Datu menamai isterinya boru Sibasoburning karena nama Bapaklah yang menjadi marga anak2nya.
Maka kata Sibasoburning kepada Toga Datu: “Kau sudah berjanji, kita sudah berbuat sebagai suami istri, dan sekarang saya pun sudah hamil, jadi mulai sekarang namamu bukan hanya Toga Datu tetapi sekarang gelarmu adalah Guru Tateabulan karena kamu telah menjunjung bulanmu yang ke aku”. Sejak saat itulah isterinya, boru Sibasoburning memanggilnya suaminya Toga Datu, menjadi Guru Tateabulan.
Sampai pada waktunya lahirlah anak mereka laki2 yang diberi nama “Si Raja Miok-miok”
Baru tiga bulan sejak Raja Miok2 lahir, hamillah kembali Sibasoburning sehingga mereka merasa heran, tetapi ada pemberitahuan dari Mulajadinabolon (TUHAN) bahwa anak yang dikandungnya akan menjadi orang terkenal, yang punya wibawa yang akan mengalahkan orang, begu (jin) maupun binatang-binatang. Setelah tiba waktunya melahirkan, maka lahirlah anak kembar, satu anak laki2, diberi nama “Sariburaja” dan satu anak perempuan diberi nama “Siboru Pareme”
Di hari kemudian lahir pula 3 anak mereka yang diberinama: Limbongmulana, Sagalaraja dan Malauraja.
Lahir lagi anak perempuan yang diberinama “Siborubidinglaut” yang menjadi sombaon di dekat pulo Malau di Simanindo.

Disadur dari buku Tarombo Pasaribu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda disini: